Friday, December 2, 2011

Urbana Place , Hunian Modern @ Bintaro-Ciputat


Tertarik tinggal di sekitar Bintaro ?
Urbana Place is The Best Choice
Dengan 7 kelebihan :
- 10 menit dari pintu tol pondok aren (tol bintaro-serpong)
- 10 menit dari SCBD Bintaro ( Carefour, Giant, Lotte MaLl, RSI Premier Bintaro)
- 5 menit dari Stasiun Jurang Mangu / Sudimara ( Commuter line to Sudirman)
- Dekat dengan Sekolah internasional ( British IS, High Scope , Global Jaya, BPK Penabur )
- Sistem Cluster dengan 1 single Gate dan panic button
- Dilengkapi sarana Club House dan Kids Playground
- Green Intelegent House _ (dilengkapi semua sarana line (tlp, internet, dll) yg sudah terintegrasi)

So tunggu apa lagi ?
Segera miliki rumah idaman anda sebelum harga naik :)

Lokasi : Jl Merpati Raya _ Ciputat Tanggerang Selatan

Monday, April 18, 2011

Ini Dia Jam Biologis Tubuh Sepanjang Hari

Rating:★★★★★
Category:Other
Tubuh memiliki jam biologis yang mengatur berbagai fungsi organ sepanjang hari agar bekerja sesuai ritme yang telah ditentukan. Mulai dari jantung, usus hingga sistem hormonal mengalami perubahan sejak pagi hari hingga tengah malam.

Berikut ini beberapa perubahan ritme tubuh yang terjadi sepanjang hari, seperti dikutip dari Slimseeker, Senin (18/4/2011).

Pukul 1-2 dinihari: Fase tidur paling lelap
Pada jam-jam tersebut, aktivitas berbagai sistem organ banyak yang diistirahatkan. Namun bagi yang hamil, produksi progesteron akan meningkat sehingga peluang untuk melahirkan pada tengah malam selalu lebih tinggi.

Pukul 4-5 pagi: Suhu tubuh paling rendah

Pukul 5-6 pagi: Peningkatan tekanan darah paling tajam
Produksi melatonin atau hormon yang memicu rasa kantuk mulai berhenti, sementara tekanan darah meningkat paling tajam dibandingkan waktu lainnya. Produksi kortisol atau hormon stres meningkat sehingga otak siap untuk bekerja seharian, namun peningkatannya tidak sampai memicu stres.

Pukul 7 pagi: Hormon seks meningkat
Peningkatan testosteron pada pria maupun wanita terjadi pada pagi hari, sehingga mampu membangkitkan gairah seks. Karena itu, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk bercinta.

Pukul 8 pagi: Pergerakan usus meningkat
Jam ini cocok untuk buang air besar (BAB) pada pagi hari. Karena pada jam ini adalah proses alamiah, yakni terjadi pergerakan usus paling tinggi pada waktu tersebut. Pengukuran berat badan paling akurat dilakukan pada pagi hari setelah buang air besar.

Pukul 9 pagi: Metabolisme paling tinggi
Waktu yang tepat untuk sarapan pagi adalah sekitar pukul 9 karena ada peningkatan metabolisme. Artinya lemak-lemak yang diserap dari makanan pada waktu-waktu tersebut tidak akan banyak yang menumpuk.

Pukul 10-11 siang: Kewaspadaan tinggi
Ibarat mesin diesel, tubuh dan pikiran sudah panas dan mencapai kondisi ideal untuk beraktivitas saat menjelang siang. Tingkat kewaspadaan tinggi, jarang ada yang mengantuk kecuali memang sedang kurang tidur.

Pukul 11-2 siang: Stres meningkat
Jeda istirahat dibutuhkan untuk memberi kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk menyegarkan diri. Makan siang di luar bisa menyegarkan pikiran, sekaligus membiarkan tubuh terkena sinar matahari yang bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Pukul 2-3 siang: Koordinasi terbaik
Melakukan banyak hal sekaligus atau multitasking paling cocok dilakukan pada siang hari, karena kemampuan otak untuk melakukan koordinasi berada pada titik tertinggi. Di sisi lain, proses pencernaan makanan belum selesai sehingga kemampuan fisik agak berkurang.

Pukul 3-5 sore: Denyut jantung paling stabil
Jika ingin berolahraga, sore hari adalah waktu paling tepat karena level adrenalin berada di level tertinggi. Selain itu, denyut jantung dan tekanan darah paling stabil sehingga cocok untuk melakukan aktivitas fisik.

Pukul 5-8 sore: Proses pembuangan racun
Fungsi hati dalam memproses racun-racun sisa metabolisme paling tinggi pada sore hari, sehingga perlu didukung dengan minum air putih. Keinginan untuk ngemil juga tinggi karena kemampuan indra penciuman (hidung) dan perasa (lidah) meningkat.

Pukul 8-10 malam: Metabolisme dan pergerakan usus berkurang
Karena aktivitas fisik berkurang, maka pembakaran energi tidak banyak terjadi di malam hari. Artinya jika makan di malam hari, maka cadangan energi yang disimpan dalam bentuk lemak juga akan semakin banyak.

Pukul 10-11 malam: Hormon seks meningkat lagi
Dibandingkan pagi hari, peningkatan libido atau gairah seks pada malam hari tidak terlalu tinggi karena secara fisik sudah kelelahan. Namun peluang terjadinya ovulasi dan pembuahan paling tinggi pada hubungan seks malam hari menjelang tidur ketimbang pagi hari.

from detik health

Thursday, March 24, 2011

Kumpulan Peribahasa Gagal

Kumpulan Peribahasa Gagal:

1.Bersatu kita teguh, bertiga kita threesome:D

2.Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya disate juga:'(

3.Karena sperma setitik, bengkak perut tetangga:p

4.Rajin Mangkal, Kaya*nerd*

5.Bersatu kita teguh, bercerai kita ikut Take Me Out:$

6.Guru kencing jongkok, murid berlari ngintip. (versi guru perempuan);)

7. Sedikit demi sedikit lama lama BOSAN:(

8. Air susu dibalas dengan air kopi, jadi Starbucks deh({})

9. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, sama-sama berat mending dipaketin aja Bos(y)

10. Ringan sama dipikul, berat minta dibawain#:-s

11. Ma’ lu bertanya, Ma’ gue yang jawabX_X

12. Nasir sudah menjadi tukang bubur:x

13. Maksud hati memeluk Nunung apa daya keburu digampar BadrunX_X =))

14. Dimana ada kemaluan, di situ ada kemauan:D

15. Dunia maya tak selebar monitor3-|

16. Dimana ada jalan, disitu banyak mobil:|

17. Setinggi-tingginya Bangau terbang, akhirnya jadi kecap juga:'(

18. Buruk muka gak brani pasang profile;;)

19. Buah jatuh tak jauh dari dadanya:p

20. Malu bertanya, :$ sesat di jalan. Besar kemaluan, susah berjalan!!!X_X =))=))
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, March 10, 2011

Berbagi Lemari - Baca deh Dijamin Nendang bangettt

Berbagi Lemari

Saat diucapkan, janji pernikahan `dalam senang dan susah, dalam sehat dan sakit, hingga maut memisahkan' memang mengisyaratkan suami-istri seharusnya selalu bersama dan berbagi dalam berbagai hal. Berbagi? Ah, gampang. Pasti nggak susah. Berbekal cinta, apa, sih, yang mustahil? Makan sepiring berdua saja siap, kok. Mirip, deh, seperti lirik lagu dangdut yang pernah beken. Tapi, apakah konsep berbagi itu juga terasa harmonis saat pembagian lemari baju?

Orang bilang, pria datang dari Mars, wanita dari Venus. Keduanya menjadi makhluk asing saat mendarat di bumi. Masing-masing melihat dan bertindak dengan caranya sendiri-sendiri, yang besar kemungkinan sulit dimengerti oleh masing-masing. Begitulah yang saya pahami.

Saya hampir yakin, pria paling jenius sekalipun tidak akan mampu memahami bagaimana bisa wanita membedakan tas bermerek asli dengan tas KW1. Hanya dalam sekejap mata pula! Atau, bagaimana cara wanita bisa ingat siapa mengenakan gaun apa pada pesta yang mana dua-tiga tahun lalu. Saya? Boro-boro ingat baju yang dipakai orang lain, baju yang dipakainya sendiri saja tidak ingat, kok. Ha...ha...ha....

Sebaliknya, wanita mungkin juga tidak akan pernah bisa mengerti kenapa pria merasa meraih kebahagiaan (dan bahkan pencerahan) dari kegiatan membongkar mesin tua, yang sebenarnya sudah cukup layak dikiloin. Dan pria yang sama itu bisa menghabiskan waktu berjam-jam di toko komputer, hanya untuk sesuatu yang beberapa bulan lagi sudah mereka anggap ketinggalan zaman.

Tapi, di atas semua itu, tidak ada perbedaan kontras yang lebih jelas antara pria dan wanita, selain ketika suami dan istri berbagi satu hal: ruang dalam lemari.

50:50 TIDAK ADIL

Saat mendengar kata berbagi, biasanya semua orang berangkat dari konsep dasar yang sama. Kalau orangnya ada empat, maka masing-masing akan menerima seperempat bagian. Tentu logis kalau bilang, kalau orangnya dua, maka masing-masing akan menerima setengah bagian. Nyatanya, dalam hal ruang lemari baju, itu salah besar!

Awal pernikahan, umumnya suami dan istri akan membagi lemari baju mereka dengan proporsi adil 50:50. Adil seadil-adilnya, diimbuhi `bumbu' mesra ingin berbagi. Namanya pengantin baru.

Padahal, `keadilan' itu semu. Di mana letak kesalahannya? Lihat variasi baju pria. Biasanya cuma terdiri dari baju kerja, baju resmi, baju olahraga, baju santai, dan pakaian dalam. Simpel!

Mengapa begitu? Semata-mata karena kami tidak begitu peduli pada pakaian yang dipakai pria lain. Anda boleh saja tanya pasangan Anda, apakah dia ingat pakaian apa yang dipakai bosnya hari ini? Kemarin? Minggu lalu? Percaya, deh, dia nggak mungkin ingat. Paling top hanya yang hari ini. Lebih dari itu? Nggak jelas. Gelap. Blur.

Bandingkan dengan wanita. Jangankan yang dipakainya kemarin, baju rekan kerja seberang meja seminggu lalu pun bisa saja masih diingat model dan warnanya. Hebat banget, kan? Dan, karena wanita saling mengingat pakaian apa yang dipakai satu sama lain (dan tentunya wanita tidak ingin diingat dengan pakaian yang sama), maka tidak heran bila wanita selalu perlu lebih banyak dan lebih banyak lagi pakaian.

Soal pakaian, pria juga benar-benar tidak mungkin paham apa itu definisi `cukup' bagi wanita. Karena, konsep pakaian pria sangat sederhana dan nggak pernah serius dipikirin. Repotnya, wanita sendiri tidak pernah tahu seberapa banyak ukuran `cukup' itu. Kenapa? Karena, ukuran sebenarnya adalah sejauh mana wanita lain ingat!

Seiring waktu, dari konsep `cukup' yang beda itu pembagian 50:50 itu pun bergeser. Biasanya, dengan alasan kasihan (dan sayang), suami mulai mengalah. Pembagian ruang lemari bergeser menjadi 40:60. Sudah pasti proporsi 60 itu `dimenangkan' istri. Bisa jadi, pergeseran ini lebih cepat terjadi. Tak butuh waktu bertahun-tahun, hanya hitungan bulan. Tapi, toh, mengalahnya suami juga diimbangi dengan istri yang mengenakan baju lebih variatif dan kelihatan keren (walau suami juga tidak ingat istrinya pakai baju apa kemarin). Ha...ha...ha....

PENUMPANG GELAP

Apakah seiring waktu keadaan menjadi lebih baik? Pasti tidak. Pria punya kebiasaan mengeluh soal jumlah pakaian yang kurang, tetapi malah paling malas ketika disuruh belanja pakaian. Selain itu, pria punya kebiasaan ganjil. Kendati punya banyak pilihan, yang dipakai selalu yang itu-itu saja, yaitu pakaian yang biasanya terlipat di bagian teratas. Sisanya, yang di bagian lebih bawah? Tidak disentuh. Hingga berbulan-bulan. Akhirnya, lupa punya baju itu.

Bandingkan dengan wanita, yang bisa sangat impulsif dalam hal kepemilikan pakaian. Bagi mereka, waktu tepat belanja pakaian dipengaruhi dua kejadian besar: munculnya model baru atau sedang ada diskon. Ketika salah satu atau kedua hal itu terjadi, wanita sulit menghindar.

Memang unik. Bagi pria, pakaian yang ada saja masih banyak tak terpakai. Sementara bagi wanita, yang ada saja masih akan kurang. Dan, pakaian baru tentu memerlukan… ruang baru. Rasio pembagian ruang 40:60 pun tinggal kenangan. `Penjajahan' atas ruang pakaian mulai berlangsung. Tinggal pilih: pembagian 30:70, atau sekalian beli lemari baru? Ha...ha...ha....

Atau, bisa saja porsi terlihat seperti 40:60, tetapi tiba-tiba di tengah deretan celana panjang suami muncul `penumpang gelap' yang bentuknya sama-sama celana panjang, tetapi jelas-jelas itu milik sang istri. Alasannya klasik: "Nitip, ya. Sebentar aja, kok." Tapi, yang dititip tidak pernah berpindah tempat.

Sebenarnya, pria mungkin tidak terlalu ambil pusing soal ruang yang berkurang atau munculnya penumpang gelap, tapi mereka sering tidak habis pikir, kenapa puluhan bahkan ratusan potong pakaian, tetapi masih sempat-sempatnya bilang: "Besok ada pesta, tapi saya nggak punya baju, nih…." Lha, jadi yang ada di dalam lemari itu apa? Karung goni?

RUMIT SEPERTI MATEMATIKA

Tentu saja penjajahan itu kurang lengkap tanpa membicarakan keberadaan tas dan sepatu. Dalam hal ini, bagian dalam lemari pria nasibnya sangat buruk. Peristiwa `penyerobotan lahan' bisa berlangsung lebih kejam. Berapa banyak tas yang dibutuhkan pria? Paling banter hanya satu-dua. Sepatu? Sekitar 3-4 pasang saja sudah cukup. Mungkinkah jumlah yang sama berlaku bagi wanita? Mustahil!

Dari pengamatan, saya wanita tidak pernah bisa lepas dari kebutuhan melakukan padu-padan. Kombinasi warna dan model antara pakaian, tas, dan sepatu, bisa jauh lebih kompleks daripada matematika tingkat tinggi dan teori permutasi. Dan... hanya wanita yang bisa memahami kegunaan itu semua. Menjelaskan itu pada pria? Percuma saja. Rasanya akan seperti menjelaskan mekanika pada tukang roti. Mereka akan mengangguk, tapi melompong....

Kisah ini biasanya akan menuju akhir klasik: ruang bagi istri makin lama makin besar; baju suami menempati ruang yang menyempit. Kalaupun tidak menyempit, biasanya itu terjadi karena sudah ada lemari baru (yang seluruh isinya adalah milik istri). Pembagian 50:50 sudah beristirahat dengan tenang di alam kuburnya.

Lalu, apakah akhir buruk dari episode berbagi lemari akan berakhir buruk pula kedua pemilik? Tentu tidak. Karena, jauh di atas segala usaha pria untuk mengerti kebutuhan wanita akan ruang bagi `harta karunnya', mereka melakukan dua hal penting: membuktikan bahwa mencintai dibayar lewat pengorbanan, dan terkadang cinta tidak perlu penjelasan. Termasuk, saat lemarinya disabotase.

Penulis: Poltak Hotradero, Head of Research, BEJ (Kontributor – Jakarta


Powered by Telkomsel BlackBerry®