Thursday, March 10, 2011

Berbagi Lemari - Baca deh Dijamin Nendang bangettt

Berbagi Lemari

Saat diucapkan, janji pernikahan `dalam senang dan susah, dalam sehat dan sakit, hingga maut memisahkan' memang mengisyaratkan suami-istri seharusnya selalu bersama dan berbagi dalam berbagai hal. Berbagi? Ah, gampang. Pasti nggak susah. Berbekal cinta, apa, sih, yang mustahil? Makan sepiring berdua saja siap, kok. Mirip, deh, seperti lirik lagu dangdut yang pernah beken. Tapi, apakah konsep berbagi itu juga terasa harmonis saat pembagian lemari baju?

Orang bilang, pria datang dari Mars, wanita dari Venus. Keduanya menjadi makhluk asing saat mendarat di bumi. Masing-masing melihat dan bertindak dengan caranya sendiri-sendiri, yang besar kemungkinan sulit dimengerti oleh masing-masing. Begitulah yang saya pahami.

Saya hampir yakin, pria paling jenius sekalipun tidak akan mampu memahami bagaimana bisa wanita membedakan tas bermerek asli dengan tas KW1. Hanya dalam sekejap mata pula! Atau, bagaimana cara wanita bisa ingat siapa mengenakan gaun apa pada pesta yang mana dua-tiga tahun lalu. Saya? Boro-boro ingat baju yang dipakai orang lain, baju yang dipakainya sendiri saja tidak ingat, kok. Ha...ha...ha....

Sebaliknya, wanita mungkin juga tidak akan pernah bisa mengerti kenapa pria merasa meraih kebahagiaan (dan bahkan pencerahan) dari kegiatan membongkar mesin tua, yang sebenarnya sudah cukup layak dikiloin. Dan pria yang sama itu bisa menghabiskan waktu berjam-jam di toko komputer, hanya untuk sesuatu yang beberapa bulan lagi sudah mereka anggap ketinggalan zaman.

Tapi, di atas semua itu, tidak ada perbedaan kontras yang lebih jelas antara pria dan wanita, selain ketika suami dan istri berbagi satu hal: ruang dalam lemari.

50:50 TIDAK ADIL

Saat mendengar kata berbagi, biasanya semua orang berangkat dari konsep dasar yang sama. Kalau orangnya ada empat, maka masing-masing akan menerima seperempat bagian. Tentu logis kalau bilang, kalau orangnya dua, maka masing-masing akan menerima setengah bagian. Nyatanya, dalam hal ruang lemari baju, itu salah besar!

Awal pernikahan, umumnya suami dan istri akan membagi lemari baju mereka dengan proporsi adil 50:50. Adil seadil-adilnya, diimbuhi `bumbu' mesra ingin berbagi. Namanya pengantin baru.

Padahal, `keadilan' itu semu. Di mana letak kesalahannya? Lihat variasi baju pria. Biasanya cuma terdiri dari baju kerja, baju resmi, baju olahraga, baju santai, dan pakaian dalam. Simpel!

Mengapa begitu? Semata-mata karena kami tidak begitu peduli pada pakaian yang dipakai pria lain. Anda boleh saja tanya pasangan Anda, apakah dia ingat pakaian apa yang dipakai bosnya hari ini? Kemarin? Minggu lalu? Percaya, deh, dia nggak mungkin ingat. Paling top hanya yang hari ini. Lebih dari itu? Nggak jelas. Gelap. Blur.

Bandingkan dengan wanita. Jangankan yang dipakainya kemarin, baju rekan kerja seberang meja seminggu lalu pun bisa saja masih diingat model dan warnanya. Hebat banget, kan? Dan, karena wanita saling mengingat pakaian apa yang dipakai satu sama lain (dan tentunya wanita tidak ingin diingat dengan pakaian yang sama), maka tidak heran bila wanita selalu perlu lebih banyak dan lebih banyak lagi pakaian.

Soal pakaian, pria juga benar-benar tidak mungkin paham apa itu definisi `cukup' bagi wanita. Karena, konsep pakaian pria sangat sederhana dan nggak pernah serius dipikirin. Repotnya, wanita sendiri tidak pernah tahu seberapa banyak ukuran `cukup' itu. Kenapa? Karena, ukuran sebenarnya adalah sejauh mana wanita lain ingat!

Seiring waktu, dari konsep `cukup' yang beda itu pembagian 50:50 itu pun bergeser. Biasanya, dengan alasan kasihan (dan sayang), suami mulai mengalah. Pembagian ruang lemari bergeser menjadi 40:60. Sudah pasti proporsi 60 itu `dimenangkan' istri. Bisa jadi, pergeseran ini lebih cepat terjadi. Tak butuh waktu bertahun-tahun, hanya hitungan bulan. Tapi, toh, mengalahnya suami juga diimbangi dengan istri yang mengenakan baju lebih variatif dan kelihatan keren (walau suami juga tidak ingat istrinya pakai baju apa kemarin). Ha...ha...ha....

PENUMPANG GELAP

Apakah seiring waktu keadaan menjadi lebih baik? Pasti tidak. Pria punya kebiasaan mengeluh soal jumlah pakaian yang kurang, tetapi malah paling malas ketika disuruh belanja pakaian. Selain itu, pria punya kebiasaan ganjil. Kendati punya banyak pilihan, yang dipakai selalu yang itu-itu saja, yaitu pakaian yang biasanya terlipat di bagian teratas. Sisanya, yang di bagian lebih bawah? Tidak disentuh. Hingga berbulan-bulan. Akhirnya, lupa punya baju itu.

Bandingkan dengan wanita, yang bisa sangat impulsif dalam hal kepemilikan pakaian. Bagi mereka, waktu tepat belanja pakaian dipengaruhi dua kejadian besar: munculnya model baru atau sedang ada diskon. Ketika salah satu atau kedua hal itu terjadi, wanita sulit menghindar.

Memang unik. Bagi pria, pakaian yang ada saja masih banyak tak terpakai. Sementara bagi wanita, yang ada saja masih akan kurang. Dan, pakaian baru tentu memerlukan… ruang baru. Rasio pembagian ruang 40:60 pun tinggal kenangan. `Penjajahan' atas ruang pakaian mulai berlangsung. Tinggal pilih: pembagian 30:70, atau sekalian beli lemari baru? Ha...ha...ha....

Atau, bisa saja porsi terlihat seperti 40:60, tetapi tiba-tiba di tengah deretan celana panjang suami muncul `penumpang gelap' yang bentuknya sama-sama celana panjang, tetapi jelas-jelas itu milik sang istri. Alasannya klasik: "Nitip, ya. Sebentar aja, kok." Tapi, yang dititip tidak pernah berpindah tempat.

Sebenarnya, pria mungkin tidak terlalu ambil pusing soal ruang yang berkurang atau munculnya penumpang gelap, tapi mereka sering tidak habis pikir, kenapa puluhan bahkan ratusan potong pakaian, tetapi masih sempat-sempatnya bilang: "Besok ada pesta, tapi saya nggak punya baju, nih…." Lha, jadi yang ada di dalam lemari itu apa? Karung goni?

RUMIT SEPERTI MATEMATIKA

Tentu saja penjajahan itu kurang lengkap tanpa membicarakan keberadaan tas dan sepatu. Dalam hal ini, bagian dalam lemari pria nasibnya sangat buruk. Peristiwa `penyerobotan lahan' bisa berlangsung lebih kejam. Berapa banyak tas yang dibutuhkan pria? Paling banter hanya satu-dua. Sepatu? Sekitar 3-4 pasang saja sudah cukup. Mungkinkah jumlah yang sama berlaku bagi wanita? Mustahil!

Dari pengamatan, saya wanita tidak pernah bisa lepas dari kebutuhan melakukan padu-padan. Kombinasi warna dan model antara pakaian, tas, dan sepatu, bisa jauh lebih kompleks daripada matematika tingkat tinggi dan teori permutasi. Dan... hanya wanita yang bisa memahami kegunaan itu semua. Menjelaskan itu pada pria? Percuma saja. Rasanya akan seperti menjelaskan mekanika pada tukang roti. Mereka akan mengangguk, tapi melompong....

Kisah ini biasanya akan menuju akhir klasik: ruang bagi istri makin lama makin besar; baju suami menempati ruang yang menyempit. Kalaupun tidak menyempit, biasanya itu terjadi karena sudah ada lemari baru (yang seluruh isinya adalah milik istri). Pembagian 50:50 sudah beristirahat dengan tenang di alam kuburnya.

Lalu, apakah akhir buruk dari episode berbagi lemari akan berakhir buruk pula kedua pemilik? Tentu tidak. Karena, jauh di atas segala usaha pria untuk mengerti kebutuhan wanita akan ruang bagi `harta karunnya', mereka melakukan dua hal penting: membuktikan bahwa mencintai dibayar lewat pengorbanan, dan terkadang cinta tidak perlu penjelasan. Termasuk, saat lemarinya disabotase.

Penulis: Poltak Hotradero, Head of Research, BEJ (Kontributor – Jakarta


Powered by Telkomsel BlackBerry®

8 comments:

  1. Wkwkkwkk,, *koq bnr c* ^o^
    Clana jeans sm kaos2 gombrong aku jg dititipin smua ke t4na my hubby, heee,,

    ReplyDelete
  2. gpp deh berbagi lemari... daripada berbagi suami/isteri :p

    ReplyDelete
  3. wah, kalo aku sejak awal pembagian lemari udah 3:1 kok hihihi..

    ReplyDelete
  4. waakakkaka asli nih cerita aku banget:))
    alhamdulillah rayap2 itu melepaskan bebanku dan datanglah lemari baru yg lebiiihhh lapang :))

    paling pengen ngakak tuh yg baju dipake ya itu2 ajah.bener bangeeettt:))
    padahal da pernah pake.cuma karna tumpukan paling bawah.begitu aku keluarin,eh nyeletuklah dia,baju baru ya *gubrak*

    ReplyDelete
  5. Dalam urusan lemari mah emang "pria dijajah wanita" Hahaha.. =))haha.. =Dhaha.. =))haha.. (y)haha.. <=-P

    ReplyDelete
  6. hahahahhahahaa masih single aja lemari-ku dah gak dibisa ditutup pintunya wkwkwkkwkwk

    Duh bijimane pas dah kewong yak *tepok jidat sendiri

    ReplyDelete