Monday, June 29, 2009
Gengsi ...?? Baca yang ini dulu...
Pria setengah baya bahkan cenderung tampak mendekati manula itu
berpenampilan sederhana. Tak satupun penampilannya menarik perhatian
orang. Apalagi jika kita tahu apa profesinya, sebagian besar orang
akan memandangnya dengan sebelah mata.
Pria tersebut adalah Wahyu Susilo, kelahiran Solo 55 tahun silam.
Profesinya adalah tukang sedot tinja di kota pahlawan Surabaya!!
Pernahkah kita berpikir profesi yang menurut kita sedemikian kotor,
bahkan mungkin kita bisa muntah bila melakukannya, merupakan profesi
pilihan Pak Wahyu. Berawal dari pemikiran sederhana pada tahun 1975,
saat WC di rumahnya mampet. Pak Wahyu telah memanggil tukang sedot
tinja, tapi berhari-hari ditunggu tidak datang. Akhirnya Pak Wahyu
memahami bahwa perusahaan jasa penyedotan tinja di Surabaya saat itu
hanya ada 2, dan mereka sibuknya bukan main, dan peluang untuk usaha
tersebut masih terbuka lebar. Dengan mengesampingkan gengsi dan
kejijikannya, Pak Wahyu bertekad membuka usaha di bidang penyedotan tinja.
Untuk mewujudkan impiannya, Pak Wahyu mencoba mengorek informasi
tentang bisnis ini. Ternyata truk tinja dan peralatannya membutuhkan
dana 11 juta pada waktu itu. Dana yang sangat besar, sedangkan Pak
Wahyu pada saat tersebut hanya sebagai sopir bemo. Karena tekadnya
sudah bulat, beliau mengumpulkan uang yang dipunyai, termasuk menjual
bemonya dan hanya terkumpul uang Rp 1 juta.
Akhirnya Pak Wahyu hanya mendapatkan truk Thames buatan tahun 1950
dan peralatan sedot tinja bekas yang diperbaiki, seharga Rp 750.000.
Sisa uang Rp 250.000 digunakan untuk memasang telepon di rumahnya.
Berdirilah PT. Tinja yang merupakan perusahaan jasa penyedotan tinja
ke 3 di Surabaya.
Karena modal hanya pas-pasan Pak Wahyu terpaksa menjadi sopir
sekaligus tukang sedot tinjanya. Istrinya ikut membantu di rumah
dengan menerima order dan pembayaran. Semuanya dijalani dengan penuh
keyakinan tanpa rasa gengsi. Pernah suatu saat, Pak Wahyu sedang
bertugas di rumah seorang dokter, kebetulan anak dokter tersebut
sedang ngambek belajar, sang dokter bilang kepada anaknya, kalau
tidak mau belajar nanti jadi seperti itu sambil menunjuk Pak Wahyu
yang sedang menyedot tinja. Berbagai halangan beliau lalui, seperti
tetangganya protes karena bau dan lalat menyebar ke sekitarnya. Pak
Wahyu akhirnya sampai pindah tempat.
Usaha Pak Wahyu makin berkembang, armada truk yang tadinya 1 unit,
berkembang menjadi 10 unit pada tahun 1984.
Hotel itu dibangun dari kotoran manusia
Pelanggannya antara lain sudah sampai hotel berbintang. Karena sering
keluar masuk hotel elit itulah Pak Wahyu ingin sekali membangun
sebuah hotel dan ingin menikmatinya. Keinginannya sempat ditertawakan
beberapa kawannya, bagaimana seorang tukang sedot tinja mau membangun
sebuah hotel? Akhirnya sebuah bank menawari pinjaman, dan Pak Wahyu
pun dengan modal pinjaman 11 milliar dan tabungan pribadi senilai Rp
2 Milliar, beliau mulai mewujudkan impiannya. Tanah seluas 1.2 ha pun
dibelinya di seberang PT. Tinja dan dibangun hotel. Maka Pak Wahyu
sekarang memiliki hotel bintang 3 dengan 154 kamar tidur dan diberi
nama Hotel Satelit singkatan dari Sari Tinja Elit. Nama itu sengaja
dipilih karena banyak orang awalnya tidak percaya dan mengejek
beliau. Sampai sekarang hotelnya tidak pernah sepi dari pengunjung.
Bagi Pak Wahyu Susilo, kotoran manusia yang menurut kita najis,
menjijikan bau dan sebagainya adalah emas lembek yang bisa jadi emas
beneran. Sikap tekun dan tak pernah merasa malu itupun terus
dibawanya walau Pak Wahyu sekarang sudah sukses. Di usia yang tidak
lagi muda, Pak Wahyu meneruskan pendidikannya di Fakultas Hukum
Universitas Kartini dan Sekolah Tinggi Administrasi.
Saya yakin keadaan kita sekarang jauh lebih baik dari keadaan Pak
Wahyu pada saat memulai bisnisnya, masihkah kita gengsi, dan takut
mengerjakan tugas-tugas kita saat ini. Kesuksesan bukan ditentukan
dari keadaan kita saat ini, tetapi karena sikap kita. Gengsi bukanlah
diukur dari apa yang kita kerjakan sekarang, tetapi setelah apa yang
kita kerjakan itu menghasilkan sesuatu yang patut dibanggakan, saat
itulah kita menjadi bergengsi.
Labels:
justinfo
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
huwahhh bagus banget ceritanya.
ReplyDeleteWaktu study tour sma thn 2004 kami nginap di hotel satelit, bagus banget :D
Very nice!
ReplyDeleteThanks 4 sharing.
hmmm menginspirasi sekali...emang gak boleh ada kata menyerah..harus terus berusaha mendapatkan apa yg diimpikan..thanks
ReplyDeletebetul sis:)
ReplyDeleteinspiring story ^_^
tfs yah..